Pesan dari seorang fisikawan tersohor mengenai hakikat nilai dari suatu ilmu yang di utarakan dalam pidatonya di California Institute of Technology ayng mungkin dapat kita jadikan semangat atau sebuah inspirasi untuk terus berkarya,isinya :
REKAN-REKAN YANG MUDA BELIA:
Saya merasa sangat bahagia melihat Anda semua di hadapan saya, sekumpulan orang muda yang sedang mekar yang telah memilih bidang keilmuan sebagi profesi.
Saya berhasrat ingin menyanyikan hymne yang penuh puji, dengan referain kemajuan di bidang pesat di biang keilmuan yang telah kita capai, dan kemajuan yang lebih pesat lagi yang akan anda bawakan. Sesungguhnya kita berada pada kurun waktu dan tanah keilmuan. Tetapi hal ini sangat jauh dari apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan. Lebih lanjut, saya teringat dalam hubungan ini kepada seorang muda yang baru saja menikah dengan seorang istri yang tidak terlalu menarik dan orang muda itu di Tanya apakah dia merasa bahagia atau tidak. Dia lalu menjawab “jika saya ingin mengatakan yang sebenarnya, maka saya harus berdusta.”
Begitu juga dengan saya. Mari kita lihat seorang Indian yang mungkin tidak beradab. Untuk menyimak apakah penglaman dia memang kurang kaya ataukah kurang bahagia di bandingkan dengan rata-rata manusia yang beradab. Terdapat arti yang sangat maknawi dalam kenyataan bahwa anak-anak di seluruh penjuru dunia yang beradab senang sekali bermain meniru-niru Indian.
Mengapa ilmu yang sangat indah ini, yang menghemat kerja dan membuat hidup ini lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang sedikit kepada kita ? jawaban yang sederhana adalah – karena kita belum lagi belajar bagaimana menggunakannya secara wajar.
Dalam peperangan, ilmu menyebabkan kita saling meracun dan saling menjagal. Dalam perdamaian dia membuat hidup kita dikejar waktu dan penuh tak tentu. Ilmu yang seharusnya membebaskan kita dari pekerjaan yang melelahkan spiritual malah menjadikan manusia budak-budak mesin, dimana setelah hari-hari yang panjang dan monoton kebanyakan mereka pulang dengan rasa mual, dan harus terus gemetar untuk memperoleh ransom penghasilan yang tak seberap. Kamu akan mengingat tentang seorang tua yang menyanyikan lagu yang jelek. Sayalah yang menynyikan lagu itu, walau begitu, dengan sebuah itikad, untuk memperlihatkan sebuah akibat.
Adalah tidak cukup bahwa kamu memahami ilmu agar pekerjaanmua akn meningkatkan berkah manusia. Perhatian kepada manusia itu sendiri dan nasibnya sendiri harus selalu merupakan minat utama dari semua teknis, perhatian kepada masalah besar yang tak kunjung terpecahkan dari pengaturan kerja dan pemerataan benda – agar buah ciptaan dari pemikiran kita akan merupakan berkah dan bukan kutukan terhadap kemanusiaan. Jangnlah kau lupakan hal ini di tengah tumpukan diagram dan persamaan.
(1938)
REKAN-REKAN YANG MUDA BELIA:
Saya merasa sangat bahagia melihat Anda semua di hadapan saya, sekumpulan orang muda yang sedang mekar yang telah memilih bidang keilmuan sebagi profesi.
Saya berhasrat ingin menyanyikan hymne yang penuh puji, dengan referain kemajuan di bidang pesat di biang keilmuan yang telah kita capai, dan kemajuan yang lebih pesat lagi yang akan anda bawakan. Sesungguhnya kita berada pada kurun waktu dan tanah keilmuan. Tetapi hal ini sangat jauh dari apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan. Lebih lanjut, saya teringat dalam hubungan ini kepada seorang muda yang baru saja menikah dengan seorang istri yang tidak terlalu menarik dan orang muda itu di Tanya apakah dia merasa bahagia atau tidak. Dia lalu menjawab “jika saya ingin mengatakan yang sebenarnya, maka saya harus berdusta.”
Begitu juga dengan saya. Mari kita lihat seorang Indian yang mungkin tidak beradab. Untuk menyimak apakah penglaman dia memang kurang kaya ataukah kurang bahagia di bandingkan dengan rata-rata manusia yang beradab. Terdapat arti yang sangat maknawi dalam kenyataan bahwa anak-anak di seluruh penjuru dunia yang beradab senang sekali bermain meniru-niru Indian.
Mengapa ilmu yang sangat indah ini, yang menghemat kerja dan membuat hidup ini lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang sedikit kepada kita ? jawaban yang sederhana adalah – karena kita belum lagi belajar bagaimana menggunakannya secara wajar.
Dalam peperangan, ilmu menyebabkan kita saling meracun dan saling menjagal. Dalam perdamaian dia membuat hidup kita dikejar waktu dan penuh tak tentu. Ilmu yang seharusnya membebaskan kita dari pekerjaan yang melelahkan spiritual malah menjadikan manusia budak-budak mesin, dimana setelah hari-hari yang panjang dan monoton kebanyakan mereka pulang dengan rasa mual, dan harus terus gemetar untuk memperoleh ransom penghasilan yang tak seberap. Kamu akan mengingat tentang seorang tua yang menyanyikan lagu yang jelek. Sayalah yang menynyikan lagu itu, walau begitu, dengan sebuah itikad, untuk memperlihatkan sebuah akibat.
Adalah tidak cukup bahwa kamu memahami ilmu agar pekerjaanmua akn meningkatkan berkah manusia. Perhatian kepada manusia itu sendiri dan nasibnya sendiri harus selalu merupakan minat utama dari semua teknis, perhatian kepada masalah besar yang tak kunjung terpecahkan dari pengaturan kerja dan pemerataan benda – agar buah ciptaan dari pemikiran kita akan merupakan berkah dan bukan kutukan terhadap kemanusiaan. Jangnlah kau lupakan hal ini di tengah tumpukan diagram dan persamaan.
(1938)
Komentar