Langsung ke konten utama

ARTI DAN KEDUDUKAN FILSAFAT KETUHANAN YANG MAHA ESA



1. Pendapat Ahli
Sebelum kita mengulas mengenai keadaan tentang keesaan Tuhan dan Filsafat Ketuhanan Yang Maha Esa, maka terlebih dahulu kita akan mengemukakan dua pendapat mengenai Ada dan Esanya Tuhan, kedua pendapat tersebut yaitu:
1. Prof. C.G, Jung dalam bukunya “Psychologische Betrahctungen” menerangkan keadaan Ada dan Keesaan Tuhan sudah diberikan oleh nabi-nabi dan rasul-rasul yang menerima wahyu Illahi yang berturut-turut dalam beribu-ribu tahun, dan ditiap-tiap dan tiap-tiap benua di Timur.
2. Prof. Wadjdi di dalam bukunya “Ma Huwwaddien” mengutarakan kesadaran itu boleh jadi suram, hilang cahayanya, sehingga tidak dapat dipakai lagi menjadi suluh penerangan yang membukakan hati bagi iman yang sempurna dan agama yang nyata, tetapi ia tidak mau terhapus sama sekali. Sebaliknya kesadaran itu boleh jadi lebih hidup dan lebih terang jika dapat pertolongan dari keterangan yang ilmu akal pikiran yang “up to date”. Maka menjadilah ia cahaya yang terang benderang memberi tuntunan kepada zaman kebenaran.
Demikian kami antarkan sekilas pandangan dua orang ahli fikir di dalam membuka uraian Filsafat Ketuhanan untuk mengetahui kebenaran adanya Tuhan melalui jalan filsafat, melalui jalan hikmah (kebijaksanaan) menggunakan akal fikiran.


2. Arti dan Makna Filsafat
Sebelum kita mempelajari makna “Filsafat Ketuhanan Yang Maha Esa”, maka terlebih dahulu perlu diketahui apa arti “filsafat” serta bagian-bagiannya, dimana Filsafat Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan salah satu bagian dari padanya.
Dilihat dari segi bahasa, maka perkataan “Filsafah” adalah kata Arab yang berasal dari bahasa Yunani “Philosophia”, yang merupakan kata majemuk. Philos berarti suka atau cinta, dan Sophia berarti kebijaksanaan, jadi arti menurut namanya saja berarti Cinta Pada Kebijaksanaan.
Menurut Sejarah Filsafat, istilah “Philosopi” pertama sekali dipergunakan dalam nama sekolah Socrates, kemudian Plato menamakan suatu ilmu pengetahuan tentang kegiatan jiwa manusia.
3. Filsafat Ketuhanan Yang Maha Esa
Seperti telah diterangkan di atas, bahwa filsafat adalah kebijaksanaan menggunakan akal pemikiran untuk menemukan kebenaran, maka filsafat Ketuhanan Yang Maha Esa adalah hikmah (kebijaksanaan) menggunakan akal pemikiran dalam menyelidiki ada dan Esanya Tuhan.
Istilah ini nampaknya masih baru, namun pada hakikatnya tidaklah baru di dalam materi, justru persoalan mencari dan menyelidiki Tuhan telah ada semenjak manusia ada dipermukaan bumi ini. Sungguhpun istilah baru muncul setelah ahli pikir mengemukakan kesimpulannya bahwa paham Ketuhanan bukan hanya suatu dogma belaka, atau suatu kepercayaan yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya melalui akal fikiran, melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar (yang sesuai dengan obyeknya) yang diuji melalui logika akademi. Tegasnya, Ketuhanan ialah suatu kebenaran yang logis yang dapat dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika.
W. Durant mengemukakan, bahwa dalam segala bangsa yang telah mempunyai kecerdasan akal pikiran dan kemajuan ilmu pengetahuan dari zaman purba sampai zaman sekarang ini, tidak jemu dan tidak puas serta tidak berhenti-hentinya orang mencari alasan-alasan untuk menetapkan keadaan Allah dengan bukti-bukti yang cukup untuk budi dan pikirannya.
Demikian juga Prof. Jung mengemukakan argumentasinya, yang menyatakan bahwa, orang mengejek-ejek dengan memberi hypothese bahwa cita-cita Ketuhanan Yang Maha Esa itu ada satu hal yang “onweternschappelijke” sudah tentu dengan mudah di jawab dengan jawaban: kenapa segenap manusia di bumi ini mempelajari Ketuhanan itu dengan ilmu dan filsafat di dalam menunjukkan fikirannya
4. Theologi
Merupakan salah satu istilah yang lazim dipergunakan dalam ilmu Ketuhanan antara lain perkataan “theology”. Dari segi ethimologi (logat) maupun dari segi terminology (istilah), “theology” terdiri dari perkataan “theos” yang berarti Tuhan”, dan “Logos” yang berarti “ilmu”. Jadi “theology” berarti “ilmu tentang Tuhan” atu “ilmu Ketuhanan”. Dalam encyclopedia Everyman’s menyebutkan tentang Theology sebagai berikut: “Science of religion, dealing therefore with God, and man in his relation to God” (pengetahuan tentang agama, yang karenanya membahas tentang Tuhan dan manusia dalam pertaliannya dengan Tuhan)
Collins dalam kamus “new English Dictionary” mengekakan tentang Theologi:’The scince which treats of the facts and phenomena of religion, and relation between God and man” (Ilmu yang membahas fakta-fakta dan gejala-gejala agama dan hubungan-hubungan antara Tuhan dan manusia). Tetapi pendapat-pendapat tersebut ada yang memandangnya kurang tepat, dikarenakan seorang ahli Theologi dapat melakukan penyelidikan secara bebas, tanpa terikat oleh suatu agama. Oleh karena itu, memandang lebih tepat kalau dikatakan bahwa Theologi dapat dihayati oleh agama (reveald theology) dan dapat juga tidak bercorak agama tetapi bercorak filsafat (natural theology atau philoshofical Theologi).
5. Persamaan dan Perbedaan Antara Filsafat Ketuhanan dan Agama
Dari uraian-uraian di atas jelas adanya hubungan anatara Filsafat Ketuhanan Yang Maha Esa dengan Agama, yakni adanya kecenderungan untuk saling isi-mengisi dan saling memberi bahan untuk mencapai kebenaran yang akan ditujunya, keduanya memiliki persamaan dasar, yakni sama-sama membahas masalah Ketuhanan.
Perbedaan antara filsafat Ketuhanan Yang Maha Esa dengan agama didapati di dalam sistem yang digunakan. Agama mengajarkan manusia mengenal Tuhannya atas dasar wahyu (kitab suci) yang kebenarannya dapat diuji dengan akal pikiran. Sbaiknya, Filsafat Ketuhanan Yang Maha Esa mengajarkan manusia mengenal Tuhan melalui akal fikiran semata-mata yang kemudian kebenarannya didapati sesuai dengan wahyu (kitab suci). Dengan kata lain, bahwa baik agama maupun Filsafat Ketuhanan Yang Maha Esa sama-sama bertolak dari pangkalan pelajaran Ketuhanan, tetapi jalan yang ditempuh berbeda. Masing-masing menempuh cara dan jalannya sendiri, namun keduanya akan bertemu kembali ditempat yang dituju dengan kesimpulan yang sama: Tuhan Ada dan Maha Esa.





Komentar

KPUD Tanggamus mengatakan…
Betul bila pada akhirnya pencarian akan Tuhan sampai pada kesimpulan yang sama, hanya saja bagaimana cara seseorang beragama -- sebut saja bagaimana seseorang ber-Tuhan -- akan berbeda.

Tuhan tidak saja cukup diakui akan ke-ada dan ke-esa-annya, ia juga butuh tataran aplikasi yang dalam Islam disebut akhlak atau budi pekerti.

Postingan populer dari blog ini

Perumusan dan pengesahan UUD NRI Tahun 1945

Assalamualaikum wr wb.   Salam sejahtera untuk kita semua.  Siswa-siswi kelas 7 SMPN 10 Mataram. pada pertemuan ini (22 Oktober 2020) kita memasuki materi terakhir di semster ganjil yaitu BAB 3 tentang Perumusan dan pengesahan UUD NRI Tahun 1945.   TUJUAN PEMBELAJARAN   Peserta didik dapat menjelaskan pengertian Konstitusi  Peserta didik dapat menyebutkan dua bentuk hukum dasar   Peserta didik mampu menjelaskan lembaga perumus, waktu perumusan, tahap perumusan tentang UUD 1945  Peserta didik dapat menguraikan pengertian kostitusi tertulis dan tidak tertulis ( Konvensi ) beserta contohnya  Peserta didik dapat menyebutkan tokoh-tokoh perumusan UUD 1945  Peserta didik dapat menjelaskan hasil perumusan sidang BPUPKI tentang UUD 1945  Hari ini kita belajar tentang UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 apa sih UUD itu? kenapa harus Ada UUD disetiap negara? maka kita harus bisa memahami pengertian dari UUD atau sering disebut sebagai Konstitusi. jadi